Be Your Smile everyday!!!

Be Your Smile everyday!!!
Tampilkan postingan dengan label Askeb. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Askeb. Tampilkan semua postingan

Rabu, 14 Maret 2012

ASUHAN KEBIDANAN PADA MIOMA UTERI


LANDASAN TEORI
MIOMA UTERI

I.    PENGERTIAN
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya, oleh karena itu dalam kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.( Sarwono, 2008 : 891 )
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak karena otot rahimnya dominan.(Manuaba, 1998 : 409 )
II.    ETIOLOGI
Para ilmuwan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak di dapati dari pada miometrium. Mioma uteri lebih sering di dapati pada wanita nulipara. Faktor keturunan juga memegang peranan penting.( Kapita Selekta Kedokteran, 2001 :387)
III.    PATOLOGI
Berdasarkan teori genitoblast ( sel nesit) Meyer dan De snoo, dan rangsangan terus menerus setiap bulan dari estrogen, maka pertumbuhan mioma uteri terjadi:
1.    Berlapis seperti berambang
2.    Lokalisasi bervariasi
a.    Sub serosa
-    Di bawah lapisan peritoneum
-    Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (ruangan) abdomen
b.    Intramural
Di dalam otot rahim dapat besar, padat dan lunak
c.    Submukosa
-    Di bawah lapisan dalam rahim
-    Memperluas permukaan ruangan rahim
-    Bertangkai dan dapat di keluarkan melalui kanalis servikalis
d.    Servikal mioma
Tumbuh di daerah serviks uteri.( Manuaba, 1998 : 410 )


IV.    TANDA DAN GEJALA
1.    Tumor massa di perut bawah
2.    Perdarahan (biasanya dalam bentuk menorrhagi)
3.    Nyeri
Gejala ini tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi keluhan, yang sering di utarakan adalah rasa berat dan disminorrhea
Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan terhadap urat syaraf dan menjalar ke pinggang dan tungkai bawah
4.    Akibat tekanan
Bila menekan kandung kencing, akan menimbulkan kerentanan kandung kencing (bladder irritability), polikasuria dan disuria
Gejala sekunder :
-    Anemia
-    Lemah
-    Pusing
-    Sesak nafas
-    Erythrocytosis pada mioma besar.( Obsgyn,1998 :158 )
-   
V.    DIAGNOSIS
1.    Memperkirakan kemungkinan mioma uteri dengan memperhatikan gejala klinik yaitu terdapat perdarahan menstruasi yang tidak normal, terdapat gangguan miksi atau BAB dan terasa nyeri saat menstruasi
2.    Palpasi abdomen
Kadang-kadang adanya mioma dapat juga dengan pemeriksaan palpasi sebagai tumor yang keras, bentuk tidak teratur, gerakan bebas tak sakit
3.    Pemeriksaan bimanual
Tumor pada uterus yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba berbenjol-benjol
4.    Pemeriksaan dengan uterus sonde
Kavum Uteri menjadi luas
5.    Pemeriksaan USG
    ( Manuaba, 1998 : 411 )

VI.    DIAGNOSIS BANDING
1.    Kehamilan
2.    Inversio Uteri
3.    Adenomiosis
4.    Koriokarsinoma
5.    Karsino korpus uteri
6.    Kista ovarium
7.    Sarkoma uteri.( Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : 387)

VII.     KOMPLIKASI
1.    Degenerasi ganas
Mioma uteri  yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru di temukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause
2.    Torsi ( putaran tangkai )
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbil gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis
Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
Hal ini hendaknya di bedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya, misalnya terjadi pada mioma yang di lahirkan hingga perdarahan berupa metrorraghia atau menorraghia di sertai leukorea dan gangguan-gangguan yang di sebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.( Sarwono, 2005 : 340-341)

VIII.    PENATALAKSANAAN
1.    Konservatif dengan pemeriksaan periodik
Tidak semua mioma uteri memerlukan tindakan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak memerlukan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan 3-6 bulan. Dalam menopause dapat berhenti pertumbuhannya atau lisut.( Sarwono, 2005 : 344 )


2.    Pengobatan Operatif
-    Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus, miomektomi dilakukan bila masih di inginkan keturunan
-    Hysterektomi
Dilakukan pada mioma yang besar dan multiple
Pada wanita sebaiknya di tinggalkan satu atau kedua ovarium maksutnya untuk menjaga agar jangan terjadi menopause sebelum waktunya.
-    Hysterektomi perabdominal
Akhir ini jarang di lakukan karena uterus harus lebih kecil dari telur angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya
-    Hysterektomi subvaginal
Hanya di lakukan bila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan
3.    Radioterapi
    Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause
    Ini hanya dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif
    Hanya dikerjakan bila tidak ada keganasan pada uterus
    Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
    Bukan jenis submukosa
    Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum
             Jenis radioterapi :
    Radium dalam cavum uteri
    X-ray pada ovarium (castrasi). ( Sarwono, 2005 : 345 )










 DAFTAR PUSTAKA

-    Fakultas Kedokteran. 1998. “Obstetri dan Gynekologi”. Bandung : Elstar Offset

-    Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pedidikan Bidan”. Jakarta : EGC.

-    Masjoer, A. 2001. ”Kapita Selekta Kedokteran” . Jakarta : Media Aesculapius

-    Sarwono, P. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP
-    Sarwono, P. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP


ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “P”
P3003 DENGAN MIOMA UTERI PRO LAPAROTOMI


PENGKAJIAN
Tanggal : 27 November 2010                 Jam: 07.30 WIB
I.    PENGUMPULAN DATA
A.    Data Subyektif
1.    Biodata    
Nama Istri 
Umur    
Agama    
Suku/Bangsa
Pendidikan    
Pekerjaan    
Penghasilan         : Ny. P
: 55 tahun
: Islam
: Jawa/Indonesia
: SD
: -
: -    Nama Suami
Umur    
Agama    
Suku/Bangsa
Pendidikan    
Pekerjaan    
Penghasilan         : Tn. R
: 60 tahun
: Islam
: Jawa/Indonesia
: SD
: Tani
: Rp. 2.000.000,-/3 bln
Alamat    : Desa Dangilo RT. 13 RW. 3 Kedewan
2.    Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya terasa ada benjolan dan keluar darah sejak 6 bulan yang lalu
3.    Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan pernah menderita penyakit darah tinggi, tidak pernah menderita penyakit kencing manis, paru-paru, serta tidak pernah menjalani operasi.
4.    Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan mempunyai 3 anak, anak terkecil usia 33 tahun, merasakan ada benjolan pada perutnya  dan mengeluarkan darah dengan konsitensi cair, warna kuning kecoklatan jumlah + 20 cc / hari, bau + sejak 6 bulan yang lalu perut terasa kemeng sejak + 1 tahun yang lalu, bulan Januari periksa ke Dr. Faisal SpOG ( Cepu ) dengan dx mioma uteri + anemi gravis ( Hb : 3,2 gr %). Tanggal 20-24 April 2010 MRS di RSUD Bojonegoro di lakukan transfusi PRC V kolf, tanggal 26 April di suruh kembali untuk MRS, Tanggal 27 April pro laparotomi
5.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya ada yang pernah menderita penyakit darah tinggi, tidak pernah menderita penyakit kencing manis, paru-paru, serta tidak pernah menjalani operasi.
6.    Riwayat Haid
Menarche     :     12 tahun
Siklus haid    :    teratur, 26-30 hari
Lama     :     5-7 hari
Karakteristik    :    cair, warna merah kehitaman, ganti pembalut 2 x/hari
Dismenorhea     :     ya,hari pertama haid
Disfungsi blooding    :    tidak ada
Flour albus     :     cair agak bergumpal, warna kuning kecoklatan, bau +, jumlah 1 softek per hari
HPHT     :     + 3 tahun yang lalu
7.    Riwayat Perkawinan
Menikah     : 1 kali
Lama menikah     : 13 tahun  
Usia menikah     : 42 tahun
8.    Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
No    Usia hamil    Cara partus     Penolong     Tempat persalinan     Keadaan bayi     Jenis kelamin     BB    Usia Sekarang     Uri     Nifas
1.    9 bulan    Spt    dukun    rumah    hidup    Lk    -    41    L    taa
2    9 bulan    Spt    dukun    rumah    hidup    Lk    -    36    L    taa
3    9 bulan    Spt    dukun    rumah    hidup    Lk    -    33    L    taa
                                       
9.    Riwayat KB 
Ibu mengatakan pernah mengikuti KB aidi selama 5 tahun.
10.    Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola     Sebelum di RS     Selama di RS
Nutrisi




Eliminasi



Istirahat

Kebersihan


Aktivitas

Kebiasaan



Seksual
Rekreasi     Makan 3 x/hr, porsi 1 piring  terdiri dari 2 entong nasi, 2 potong tahu tempe, 1 mangkok sayur, minum air putih 6-7 gls/hr
BAB : 1 x/hari ( lembek, warna kecoklatan, bau khas )
BAK : 3-4 x/hari ( warna kuning jernih, bau khas )
Tidur siang : + 3 jam/hari
Tidur malam : + 8 jam/hari
Mandi, gosok gigi 2x/hari, ganti pakaian 1x/hari, keramas 3 x/minggu
Menyapu, mencuci baju, memasak
Tidak merokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol dan tidak ketergantungan obat
1 x/bulan
Nonton TV     Ibu masih puasa




BAB : selama di RS ibu sudah BAB 1 kali
BAK : terpasang dowerkateter ( 100 cc )
Tidur siang : + 1 jam
Tidur malam : + 8 jam
Mandi, ganti baju 1 kali


Berbaring di tempat tidur

Tidak merokok, tidak minum-minuman yang mengandung alkohol dan tidak ketergantungan obat
-
Dukungan dari keluarga

11.    Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan hubungan ibu dengan suami, keluarga pasien serta perawat baik
12.    Latar Belakang Sosial Budaya
Ibu mengatakan minum air putih yang telah di bacakan doa-doa dari dukun
13.    Data Spiritual
Ibu mengatakan hanya berdo’a agar sakitnya segera sembuh
14.    Pengetahuan
Ibu mengatakan baru mengetahui tentang penyakitnya ini dari dokter kandungan


B.    DATA OBYEKTIF
1.    Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum  :    Baik
Kesadaran     :    Composmentis
TB     :    153 cm
BB     :    50 kg
Lila     :    25 cm
Tanda-tanda vital
Tekanan darah     :    160/100 mmHg
Nadi     :    86 x/menit
Suhu    :    365 oC
Pernafasan     : 20 x/menit
2.    Pemeriksaan Khusus
a.    Inspeksi
Rambut    :    hitam, bersih, tidak mudah rontok
Kepala     :    bersih, tidak berketombe
Muka     :    tidak odem, tidak ada chloasma gravidarum
Mata     :    simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
Telinga    :    bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik
Hidung     :     bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut    :    bersih, tidak ada caries dentis
Leher     :    tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Dada    :    payudara simetris, pernafasan teratur
Perut    :    membesar, tidak ada luka bekas operasi
Anus     :    tidak ada hemoroid
Ekstremitas     :    kedua ekstremitas tidak odem
b.    Palpasi
Leher     :    tidak ada pembesaran vena jugularis
Dada     :    tidak teraba masa
Perut     :    teraba bulat sebesar hamil 4 bulan, batas jelas
Ekstremitas    :    kedua ekstremitas tidak odem
c.    Pemeriksaan penunjang
Kadar Hb tgl 27 April 2010 : 12,4 gr%
Pemeriksaan golongan darah : O
Kesimpulan :
-    Ibu P3003 dengan mioma uteri pro laparotomi

II.    IDENTIFIKASI MASALAH
Dx    :     P3003 dengan mioma uteri pro laparotomi
Ds     :    Ibu mengatakan perutnya terasa ada benjolan dan keluar keputihan sejak 6 bulan yang lalu
Do :     Pemeriksaan umum
TB/BB    :    153 cm / 50 kg   
Lila     :    25 cm
TD     :     160 / 100 mmHg
N     :    86 x/mnt
S     : 365 oC
RR    :    20 x/mnt
Perut : membesar, tidak ada luka bekas operasi
    Teraba bulat sebesar hamil 6 bulan, batas jelas
Hb sahli : 12,4 gr %


III.    ANTIPASI MASALAH POTENSIAL
-

IV.    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan laparotomi


V.    INTERVENSI
1.    Lakukan pendekatan pada ibu dan jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
Rasional :    agar ibu kooperatif dan mengetahui keadannya
2.    Lakukan observasi TTV
Rasional :    untuk memantau kondisi ibu
3.    Anjurkan pada ibu untuk tetap berpuasa
Rasional :    untuk persiapan operasi
4.    Lakukan observasi cairan infus dan eliminasi pada DC
Rasional :    untuk memantau kondisi ibu
5.    Berikan dukungan psikologis untuk persiapan operasi
Rasional :    agar ibu siap menjalani operasi

VI.    IMPLEMENTASI
   
1.    Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu mempunyai penyakit tumor kandungan sehingga memerlukan tindakan operasi untuk menanganinya, ibu tidak perlu cemas karena akan di tangani oleh ahlinya
2.    Melakukan observasi TTV, tanggal 27 april 2010 jam 08.00 WIB TD: 160/100 mmHg, N: 86 x/m, S 365 0C, RR : 20 x/m
3.    Mengingatkan pada ibu untuk tetap berpuasa untuk persiapan menjalani operasi
4.    Memantau cairan infus yaitu  terpasang NaCl 30 tpm, eliminasi urin pada DC yaitu 100 cc warna kuning jernih
5.    Memberikan dukungan psikologis pada ibu untuk persiapan menjalani operasi, hari ini jam 12.00 WIB
VII.    EVALUASI
Tanggal : 27 November 2010             Jam : 08.10 WIB
1.    Ibu mengerti tentang keadaannya
2.    Ibu mengatakan masih berpuasa
3.    Ibu sudah siap untuk di lakukan operasi

Minggu, 11 Maret 2012

Askep BBLR



 
TINJAUAN PUSTAKA
BBLR

I.       PENGERTIAN
Bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat kurang atau sama dengan 2500 gram ( WHO )
Bayi barat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram ( sampai dengan 2499 gram )
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan dalam :
1.      BBLR berat badan lahir 1500 – 2500 gram
2.      Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ), berat lahir < 1500 gram
3.      Bayi berat lahir ekstrim rendah ( BBLER ), berta lahir < 1000 gram
Bayi dengan BBLR dibedaka menjadi 2 golongan :
1.      Prematuritas murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan usia kehamilan
2.      Dismaturitas yaitu bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan, ini menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine.

II.    ETIOLOGI
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu :
1.       Faktor ibu
a.       Penyakit ibu
1)      Toksemia gravidarum, yaitu pre eklamsi dan eklamsi
2)      Perdarahan antepartum
3)      Trauma pada masa kehamilan yaitu trauma fisik dan psikologis
4)      Penyakit akut dengan gejala panas tinggi ( misalnya : tifus abdominalis, malaria )
5)      Penyakit kronis ( misalnya : TBC, penyakit jantung, DM )
6)      Tumor ( misalnya : mioma uteri, sistoma )
7)      Kelainan bentuk uterus
b.      Usia
1)      Usia ibu pada waktu hamil < dari 20 tahun atau > 35 tahun
2)      Multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat
c.       Kejadian social ekonomi

2.      Faktor janin
a.       Kehamilan ganda
b.      Hidramnion
c.       Ketuban pecah dini
d.      Cacat bawaan
e.       Infeksi ( missal : rubella, sifilis, toksoplasmosis )
f.       Insifisisensi plasenta
g.      Inkompantibilitas darah ibu dan janin
3.      Faktor plasenta
a.       Plasenta previa
b.      Solusio plasenta
4.      Faktor – faktor lain

III. TANDA DAN GEJALA BAYI PREMATUR
1.      Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2.      Berat badan kurang dari atau sama dengan 2500 gram
3.      Panjang badan kurang dari atau sama dengan 45 cm
4.      Kuku panjangnya belum melewati ujung jari
5.      Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
6.      Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
7.      Lingkar dada kurang dari atau sama dengan 30 cm
8.      Rambut lanugo masih banyak
9.      Jaringan lemak subkutan tipis dan kurang
10.  Tulang rawan dan telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga seolah – olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
11.  Tumit mengkilap, telapak kaki halus
12.  Genetalia pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotun kurang, testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora
13.  Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah
14.  Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jarinagn otot serta jaringan lemak masih kurang
15.  Verniks kaseosa tidak ada / sedikit




IV. PERMASALAHAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN PREMATUR
1.      Aktivitas
Lebih rendah umur gestasi bayi maka semakin kurang aktif anak tersebut asalkan kondisi umum baik, bahkan bayi yang terpencil pun akan memeperlihatkan adanya aktivitas otot, terutama jika tidak dibatasi oleh pakaian.
2.      Pengendalian suhu
Suhu preterm cenderung memilki suhu tubuh subnormal, kaena kondisi panas yang buruk dan peran kehilangan panas, kegagalan produksi panas adekuat disebabkan karena tidak hanya adanya jairngan adipose coklat, pernapasan yang lemah dan pembakaran O2 yang buruk, aktivitas kehilangan panas terjadi karena permukaan tubuh relative lebih besar dan tidak adanya lemak subkutan.
3.      Sistem pernafasan
Semakin pendek usia gestasi maka semakin kurang perkembangan paru – paru pusat pengaturan pernapasan belum sempurna, otot pernapasan dan tulang iga lemah. Ritme dan dalamnya nafas cenderung tidak teratur sehingga sering dijumpai apnea sampai sianosis.
4.      Sistem regulasi
Jantung secara relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya lambat dan lemah. Terjadi ekstra systole dan bising yang dapat didengar pada atau segera setelah lahir. Hal ini hilang ketika aperture jantung fetus menutup secara berangsur – angsur. Sirkulasi perifer sering kali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah. Kasus ini terutama pada pembuliuh darah intracranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intracranial.
5.      Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi maka semakin lemah refleks menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif. Pencernaan tergantung pada perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat badan 900 gram memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, gladula sekretoris demikian juga otot kurang berkembang, hepar secara relative besar tetapi kurang berkembang.
6.      Sistem urinarius
Fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan, fungsi ginjal kurang efisiensi dengan adanya angka glomerulus yang menurun.
7.      Sistem genital
Genital kecil : pada wanita labia minora tidak ditutupi oleh labia mayora hingga aterm. Pada laki – laki testis terdapat pada abdomen, kanalis inguinalis atau skrotum

V.    PERAWATAN BAYI
Aspek perawatan bayi teruama dipertimbangkan dalam hubungan dengan bayi premature yang sakit maupun yang sehat dalam suatu unit pediatric. Aspek perawatan berikut ini perlu dipertimbangkan :
1.      Penanganan
2.      Pemeliharaan suhu tubuh
3.      Incubator
4.      Pencegahan terhadap infeksi
5.      Pemberian O2
6.      Memandikan ( menyibin )
7.      Memberi makan bayi

VI. INKUBATOR
1.      Pada dasarnya incubator merupakan suatu kotak, dirancang untuk mempertahnkan suhu internal yang konstan dengan menggunakan suatu thermostat. Terdapat banyak tipe yang dapat diperoleh dan kesemuanya mempunyai fungsi yang sama tetapi beberapa lebih kompleks dari yang lain : misalnya terdapat incubator dengan sambungan untuk pemberian oksigen, wadah air untuk memberikan kelembaban suatu filter udara. Kompartemen es dan suatu sambungan untuk nebulizer. Terdapat akses pengendalian yang mudah dan ada kemingkinan untuk mengubah kipas filter ( jika terpakai ). Sebagian besar incubator mempunyai thermometer interna yang dapat dibaca dengan mudah.
2.      Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “ jendela “ atau “ lengan baju “ pada satu atau kedua sisi incubator, atau melalui penutup. Pada tipe yang disebut terakhir suatu lingkungan yang hangat dapat dipertahankan dengan cara menghangatkan kanopi yang ditempatkan dalam jarak yang pendek diatas incubator. Sebelum memasukkan anak kedalam incubator, maka incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 28,4˚C untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2˚C untuk bayi lebih kecil. Tangkai diisi dengan air steril atau disterilisasi dan popok ditempatkan pada kasur busa. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang.
Hal ini mempunyai keuntungan sebagai berikut :
1.      Memungkinkan adanya pernafasan yang tidak terhalang
2.      Memungkinkan anak untuk bergerak tanpa dibatasi oleh pakaian
3.      Memungkinkan observasi yang lebih mudah terhadap pernafasan
4.      Menghindarkan terjadinya penanganan anak secara berlebihan ketika mengenakan pakaian.
3.      Kelemahan
Suatu kerlembapan 70 – 80 % mencegah terjadinya dehidrasi dan aksi iritasi dari oksigen ( jika oksigen diberikan )
DAFTAR PUSTAKA
Bobak Jensen, Lowdermik. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu Keshatan Anak. 2007. Ilmu Kesehaan Anak Jilid 3. Jakarta : FKUI
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Wong, Donna L. 2003. Perawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC
Saccharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

















ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. I
 DENGAN BBLR ( BAYI BERAT LAHIR RENDAH )
DIRUANG BAYI RS MUNA ANGGITA BOJONEGORO
I.          PENGKAJIAN
Tanggal 27 November 2010       jam 16.00 WIB
A.    Data Subjektif
1.      Biodata
a.       Identitas anak
Nama                        : by. I
Anak ke                    : I
Umur                        : 3 hari
Tanggal lahir            : 24  November 2010
Jenis kelamin            : laki - laki
Tanggal MRS           : 24 November 2010
Berat badan              : 1800 gram
b.      Identitas orang tua
Nama ibu      : Ny. I                                      Nama suami    : Tn. M
Umur            : 21 th                                      Umur               : 26 th
Agama          : Islam                                     Agama             : Islam
Suku bangsa : Jawa/Indonesia                     Suku bangsa    : Jawa/Indonesia
Pendidikan   : SMP                                      Pendidikan      : SMP
Pekerjaan      : -                                             Penghasilan     : tani
Penghasilan  :-                                              Penghasilan     :Rp. 800.000,00
Alamat         : Ds. Tapelan RT 4 RW 2 Kec. Kapas
2.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya kecil dan setelah bayinya lahir langsung dibawa ke ruang bayi.
b.      Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan bayinya kecil saat lahir dan tidak menangis dengan kuat sehingga langsung dibawa ke ruang bayi.
c.       Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kronis, menular, bawaan dan keturunan serta terdapat riwayat keturunan kembar.
d.      Kesehatan lingkungan
Keadaan tempat tinggal bersih, ventilasi cukup, kebutuhan air bersih tercukupi dari sumur. Pembuangan limbah rumah tangga pada tempatnya, dan daerah sekitar tempat tinggal agak kumuh
e.       Riwyat antenatal, natal dan postnatal
1)      Riwayat antenatal
Selama hamil ibu pasien tidak pernah menderita penyakit kronis, menular, bawaan serta keturunan. Nutrisi ibu selama hamil tercukupi dengan baik. Periksa kehamilan ke bidan 8 kali. Ibu pasien mendapat imunisasi TT 2 kali, tablet Fe, Iodium, Kalsium dan melakukan pemeriksaan USG janinnya kembar.
2)      Riwayat natal
Usia kehamilan 37 minggu. Dilakukan operasi sectio caesaria. Berat badan lahir 1900 gram. Panjang badan 46 cm. waktu lahir tidak langsung menangis. Lingkar kepala 32 cm. lingkar dada 30 cm.
3)      Riwayat postnatal
Keadaan bayi lemah, tidak aktif bergerak. Kulit merah muda, tubuh bulat, lanugo menghilang diseluruh tubuh, lemak subkutan berkurang.
f.       Riwayat imunisasi
Ibu mengatakan bayinya belum mendapat imunisasi
g.      Keadaan gizi
Pemberian makanan ( ASI 2,5 cc ) melalui sonde setiap 2 jam sekali
h.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
1)      Riwayat pertumbuhan
BB : 1800 gram
PB : 46 cm
2)      Riwayat perkembangan
Bayi kecil
Pergerakan kurang dan masih lemah
Bayi lebih banyak tidur daripada bangun
i.        Pola kebiasaan sehari – hari
Pola nutrisi               : bayi hanya diberi ASI melalui sonde
Pola eliminasi           : BAB 1 kali sehari, konsistensi cair, BAK 2 – 3 kali
                                   sehari warna kuning jernih dan urin keluar sedikit
Pola tidur                 : ± 10 jam pada malam hari dan ± 5 jam pada siang hari
Pola kebersihan        : ganti popok setiap kali BAB dan BAK, kebersihan
                                   tubuh dan tali pusat dilakukan 2 kali sehari
j.        Latar belakang sosial budaya
Tidak ada pantangan makanan pada ibu dan bayi
B.     Data Objektif
1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum              : lemah            
Kesadaran                      : letargi           
Berat badan                    : 1800 gram
Panjang badan                : 46 cm                                   
2.      Tanda – tanda vital
Suhu                               : 36˚C
Respirasi                         : 100 x / mnt
Nadi                               : 130 x / mnt
3.      Pemeriksaan fisik
Kepala                : tidak ada kelainan, tidak ada benjolan pada kepala, rambut
                             lanugo masih banyak, batas dahi dan rambut kepala tidak jelas
Wajah                 : pucat, sianosis
Mata                   : sklera tidak ikterus
Hidung               : tidak ada pengeluaran secret, bersih adanya gerak cuping
                             hidung
Mulut                 : sianosis, reflek menghisap masih lemah
Telinga               : tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
                             sehingga seolah – olah tidak teraba, tidaka ada pengeluaran
                             sekret
Leher                  : tidak da pembesaran kelenjar tyroid
Dada                  : terdapat retraksi interkostal, payudara areola datar, jaringan
                             kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
                             jaringan lemak masih kurang
Perut                   : penonjolan abdomen, pengeluaran mekonium terjadi dalam
                             waktu 24 jam
Kulit                   : berwarna merah kekuningan, sianosis, sedikit kaseosa dengan
                             rambut lanugo disekitar tubuh, kulit tampak transparan, halus
                            dan mengkilap, kuku pendek belum melewati ujung jari
Genetalia            : pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis belum turun
                             kedalam skrotum
Anus                   : ada
Ekstremitas        : gerakan lemah, tidak aktif, tremor ( gemetar ), kulit mengkilap
                            telapak kaki halus, warna sianosis


C.     ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah
1.










2.
















3.









4.











5.









Ds : ibu mengatakan bayinya kecil
Do : lahir premature
        BBLR, BB 1800 gram
        RR 100 x / mnt
        Pernapasan cuping hidung





Ds : -
Do : tubuh bayi teraba dingin
        BBLR
        Suhu 36˚C
        Nadi 130 x / mnt
        Tonus otot lemah
        Denyut jantung bayi turun










Ds : -
Do : lahir premature BBLR
        Bayi lemah
        Bayi tidak memiliki
       reflek menghisap
       otot – otot abdomen lemah




Ds : -
Do : reflek menyusu dan
        menelan lemah
        kulit, bibir dan lidah
        warna kulit pucat dan
        sianosis
              





Ds : -
Do : kulit tipis dan merah
        Sesak napas
        Merintih
        Menangis lemah
        Susah minum ASI
Premature

Penurunan jumlah alveoli definisi kadar surfaktan, kapiler dalam paru mudah pecah dan tidak teratur

 Kurang sempurna system pernafasan

Apneu
Premature


Cadangan lemak coklat berkurang
Lemak pada kulit terbatas
Lemak sc
tipis dan
 kurang
Aktivitas masa otot tidak adekuat
Bayi tidak mampu menghasilkan panas
 








Suhu turun

Hipotermia
Premature

Reflek menyusu dan menelan masih lemah
 

Kurangnya simpanan glikogen zat besi dan kalsium yang tidak tercukupi
 

Gangguan nutrisi
Fungsi ginjal yang imatur

Reflek menyusu dan menelan masih lemah

Bayi dalam incubator, kulit tipis

Mengalami pemanasan radian dan pengeluaran cairan melalui kulit dan paru – paru

Kekurangan cairan dan elektrolit
Cadangan imunologi maternal menurun

Kemampuan membentuk antibody rusak

System integument rusak

Resiko infeksi
Resiko tinggi gawat pernapasan









Resiko hipotermi
















Gangguan nutrisi









Daya tahan tubuh berkurang










Resiko terjadinya infeksi

D.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Gangguan tinggi gawat pernapasan yang berhubungan dengan ketidakmatangan paru karena produksi surfakatan
2.      Resiko tinggi hipoteermi yang berhubungan dengan prematuritas perubahan suhu lingkungan
3.      Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang berhubungan dengan simpanan glikogen, zat besi dan kalsium yang tidak cukup
4.      Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan pengeluaran yang disebabkan oleh imaturitas, pemanas radian / pengeluaran melalui kulit paru
5.      Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kurang kekebalan tubuh dan kemungkinan infeksi silang dari ibu / staf perawat.

E.     RENCANA KEPERAWATAN
Tgl / jam
Diagnose
Tujuan
Intervensi
Rasional
Implementasi
Evaluasi
27/11
‘10
Jam 17.00 WIB
Gangguan tinggi gawat pernapasan yang berhubungan dengan ketidakmatangan paru karena produksi surfaktan kurang
Menjaga dan memaksimalkan fungsi paru
1.   Kumpulkan data penilaian yang berkaitan dengan kegawatan pernapasan :
ü  Riwayat ibu selama kehamilan
ü  Kondisi BBL, nilai APGAR, resusitasi
ü  Pernapasan. Frekuensi, takipneu dengan angka lebih dari 60

2.      Waspadai episode apneu yang berlangsung lebih dari 20 detik, catat hal berikut :
ü  Letargi, posisi dan aktivitas sebelum dan sesudah episode apneu
ü  Suhu dan sianosis
ü  Pembalikan nafas yang spontan
3.   Memberi dan memantau bantuan pernafasan sebagai berikut :
ü  Berikan O2 yang hangat dan sudah diatur
ü  Dengan hati – hati hisap lender dari mulut selama kurang dari 5 menit
ü  Jaga suhu lingkungan yang netral
4.   Pantau kajian analisa gas darah
1.   Memantau perkembangan pernapasan








2.   Memantau tanda – tanda tidak efektifitas pola pernafasan






3.   Mencegah terjadinya apneu








4.   Mengetahui asidosis pernafasan dan metabolisme
1.Mengumpulkan data penilaian yang berkaitan dengan kegawatan pernapasan
ü  Riwayat ibu selama kehamilan
ü  Kondisi BBL, nilai APGAR 3 – 4, resusitasi
ü  Pernapasan, frekuensi, takipneu dengan angka lebih dari 60 x / mnt
2.Mewaspadai episode apneu yang berlangsung lebih dari 20 detik, catat hal berikut :
ü  Letargi, posisi dan aktivitas sebelum dan sesudah episode apneu
ü  Suhu dan sianosis
ü  Pembalikan nafas yang spontan
3.Memberi dan memantau bantuan pernapasan
ü  Berikan O2 yang hangat dan sudah diatur
ü  Dengan hati – hati hisap lendir dari mulut selama kurang dari 5 menit
ü  Jaga suhu lingkungan yang netral

4.Memantau kajian analisa gas darah
Tanggal 28 April 2010
Jam 15.00 WIB
S : -
O : - dilakukan
        pemasangan O2
-          Dilakukan retensi setiap 2 jam sekali
-          Suhu dalam incubator 33,4˚C
A : rencana belum
      berhasil
P : rencana no. 2 dan 3
     dilanjutkan
27/ 11
‘10
Jam 19.00 WIB
Resiko tinggi hipotermi yang berhubungan dengan prematuritas perubahan suhu lingkungan
Menjaga suhu lingkungan netral
1.   Jaga temperature ruangan perawatan 25˚C

2.   Ukuran suhu, rectal bayi terlebih dahulu, baru kemudian suhu aksila setiap 2 jam sekali bila diperlukan
3.   Tempatkan bayi dibawah penghangat / incubator
4.   Jaga bayi agar kulitnya tetap kering dan menjaga agar kepala bayi tertutup
1.   Suhu ruangan dapat berpengaruh terhadap suhu bayi
2.   Memperoleh keakuratan suhu tubuh


3.   Pengantaran panas

4.   Kepala merupakan area permukaan paling luas sehingga proses kehilangan panasnya cepat
1.Menjaga temperature ruangan perawatan 25˚C

2.Ukuran suhu rectal bayi terlebih dahulu baru kemudian suhu aksila setiap 2 jam sekali bila diperlukan
3.Tempatkan bayi dibawah penghangat / incubator
4.Jaga bayi agar kulitnya tetap kering dan menjaga agar kepala bayi tertutup
Tanggal 29 April 2010
Jam 21.00 WIB
S : -
O : bayi berada dalam
      Incubator
      Suhu bayi 37˚C
A : rencana berhasil
P : rencana no. 3 dan 4
     dilanjutkan
27/11
‘10
Jam 20.00 WIB
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan simpanan glikogen, zat besi dan kalsium yang tidak cukup
Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi bayi
1.   Awasi reflek hisap dan kemampuan menetak bayi



2.   Awasi dan hitung kebutuhan kalori bayi
3.   Mulai pemberian ASI / susu botol 2 – 6 jam setelah lahir, mulai dengan 2 – 5 ml setiap pemberian dengan interval 2 jam, pemberian ditambah bila bayi menunjukkan toleransi yang baik
4.   Timbang bayi setiap hari



5.   Siapkan dekstrose 5%
1.  Bayi premature mempunyai kemampuan menghisap dan menelan bervariasi
2.  Memantau pemenuhan kalori adekuat
3.  Untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi





4.  Untuk menentukan asupan yang tepat / kebutuhan peningkatan asupan
5.     Persiapan pemenuhan nutrisi secara parenteral
1.Mengawasi reflek hisap dan kemampuan menelan bayi



2.Mengawasi dan menghitung kebutuhan kalori bayi
3.Mulai pemberian ASI / susu botol 2 – 6 jam setelah lahir, mulai dengan 2,5 ml setiap pemberian dengan interval 2 jam pemberian ditambah bila bayi menunjukkan toleransi yang baik
4.Menimbang bayi setiap hari



5.Menyiapkan dekstrose 5%
Tanggal 30 April 2010
Jam 22.00 WIB
S : -
O : - pemberian PASI
      / ASI 7,5 cc tiap 2
      Jam
-    BB 1800 gram
A : rencana belum
      Berhasil
P : rencana no.3, 4 dan
   5 dilanjutkan
27/11
‘10
Jam 20.00 WIB
Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan pengeluaran yang disebabkan oleh imaturitas, pemanas radian / pengeluaran melalui kulit paru
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
1.    Awasi dan hitunglah cairan bayi
2.    Timbang bayi setiap hari



3.    Pantau dan catat asupan dan pengeluaran cairan setiap jam

4.    Jaga suhu tubuh lingkungan netral

5.    Kaji bayi dari tanda yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan cairan
1.  Pemenuhan kebutuhan cairan secara tepat
2.  Menjaga catatan asupan cairan harian sesuai denagn pola asupan
3.  Memantau keseimbangan input maupun output
4.  Menghindari kemungkinan kehilangan cairan
5.  Mengantisipasi syok hipovolemik / dehidrasi
1.Mengawasi dan menghitung cairan bayi
2.Menimbang bayi setiap hari



3.Memantau dan mencatat asupan dan pengeluaran cairan setiap jam
4.Menjaga suhu tubuh lingkungan netral

5.mengkaji bayi dari tanda yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan cairan
Tanggal 30 April 2010
Jam 14.00 WIB
S : -
O : BB 1800 gr
A : rencana belum
      berhasil
P : lanjutkan rencana
     2, 3, 4
27/11
‘10
Jam 20.30 WIB
Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kurang kekebalan tubuh dan kemungkinan infeksi silang dari ibu / staf perawat
Tidak terjadi infeksi
1.    kaji adanya fluktuasi suhu tubuh, letargi, apneu, malas minum, gelisah, ikterus
2.    kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan dan epidemic infeksi diruang keperawatan
3.    ambil sampel darah
4.    upayakan pencegahan infeksi dari lingkungan, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, isolasi bayi bila perlu, lakukan prosedur tindakansecara steril, cegah kotak dengan orang tua yang menderita penyakit infeksi
1.  memantau terjadinya penurunan imunitas

2.  memberi tindakan pencegahan infeksi sedini mungkin

3.  menegakkan diagnose
4.  lingkungan dan asuhan yang bersih dan steril memberikan penceghan infeksi
1.mengkaji adanya fluktuasi suhu tubuh, letargi, apneu, malas minum, gelisah, ikterus
2.mengkaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan dan epidemic infeksi diruang perawatan
3.mengambil sampel darah
4.mengupayakan pencegahan infeksi dan lingkungan, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi bila perlu lakukan prosedur tindakan secara steril, cegah kontak dengan orang tua yang menderita penyakit infeksi
Tanggal 30 April 2010
Jam 18.00 WIB
S : -
O :suhu 37˚C
      Bayi letargi
      Bayi tidak ikterus
A : rencana belum berhasil
P: lanjutkan rencana no 1,2 dan 4